Dipersiapkan untuk pertemuan Menteri Pertahanan dengan prajurit dan keluarga dari Kompi Intai Tempur Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Jakarta, 24 April 2008.
Prepared for meeting of Defense Minister with soldiers and family of the Army Strategic Reserve’s Combat Reconnaissance Company, Jakarta, 24 April 2008.
Tanya 1: Pertanyaan yang diajukan prajurit Kitaipur Kostrad adalah: bagaimana Departemen Pertahanan memodernisasikan kemampuan TNI dengan memanfaatkan teknologi informasi yang lebih maju, agar tidak ketinggalan dengan negara-negara tetangga?
Question 1: Questions posed by a soldier from the Combat Reconnaissance Company of the Army Strategic Reserve is: How is the Ministry of Defense modernizing the Defense Force’s capability through the application of advanced information technology, in order to keep abreast with the forces of neighbouring countries?
Jawaban 1: Departemen Pertahanan melalui Badan Litbang, Badan Diklat dan Pusat Data dan Informasi melakukan penelitian bersama untuk mempersiapkan terciptanya sistem peperangan berbasis jaringan, sehingga kemajuan yang dicapai di semua jenis industri elektronik di dalam negeri dipantau dan diupayakan dapat mendukung sistim komunikasi tri matra terpadu. Dengan demikian setiap jaringan komando dan kendali akan semakin mudah melaksanakan operasi militer berbasis jaringan terpadu dan meningkatkan effsiensi gelar pasukan maupun gelar bantuan menghadapi tanggap darurat akibat bencana manusia atau pun bencana alam.
Answer 1: The Defense Department through its Research and Development and Education and Training Agencies as well as its Center for Data and Information is undertaking joint studies and research to prepare the establishment of a Network Centric Warfare system, synergizing all domestic electronic industries towards building an integrated tri-service communications command system. All this will lead to a more unified command and control network which would facilitate more efficient military operations commands for purposes of troop deployment as well as for undertaking speedy emergency response in face of man-made as well as natural disasters.
Tanya 2: Apakah Departemen Pertahanan mengembangkan program peningkatan kualitas pengetahuan dan ketrampilan prajurit guna menghadapi tantangan kualitas sumber daya manusia dalam era globalisasi?
Question 2: Is the Department of Defense developing programs to enhance the quality of knowledge and skills of soldiers to face the challenges of human resources-based competition in an increasingly globalized world?
Jawaban 2: Semua jajaran Dephan sedang diperkenalkan dengan apa yang disebut “Perang Sumber Daya Manusia”. Karena itu, pada setiap jenjang ketentaraan maupun pegawai negeri sipil, Departemen Pertahanan ikut membantu pengembangan ketrampilan para prajurit beserta anggota keluarganya. Setiap orang yang lebih siap menghadapi perang ketrampilan dan perang pengetahuan akan menyumbang langsung pada pertahanan non-militer. Dalam perekonomian global, kemampuan “perang otak” dan “perang selisih keunggulan” akan menentukan kualitas pertahanan bangsa dalam arti luas.
Answer 2: At all levels, Department of Defense personnel are being introduced to the concept of “Human Resources Warfare”. As many of all military as well as civilian personnel and their family members as possible are being encouraged to be aware of and be engaged in this “ battle of knowledge” and “battle of skills” and contribute to the overall capability of the nation in the field of non-military defense. In a globalized economy, the ability to be engaged in “the war of brainware” and the “war of margins of excellence” will ultimately decide a nation’s overall defense capability.
selamat siang bapak..saya seorang mahasiswa yang tertarik dengan blog ini..yang mau saya tanyakan,di pertanyaan nomor 1,kok jawabannya terkesan teoritis banget ya?disitu ada kata kata “penelitian bersama”,bersama siapa dan apa hasil yang di dapat utk sistem pertahanan?kalau boleh saya tau,bentuk riil yang sudah dilakukan apa saja?jika saya tangkap,jawaban utk pertanyaan nomor 1 merupakan tekad dan rencana saja,apakah sudah dilaksanakan atau belum ?kalau sudah,apa bentuknya,dan lebih baik jika di hasil riil nya dapat diketahui masyarakat luas.
Protokol masuk Markas Cilacap sudah diperbaharui? Dulu saya masuk dgn gampang sekali, hanya utk main golf. Padahal saya bukan anggota ABRI. Untung saya orang baik-baik.
Salut dan salam kenal.
terlihat utopis sekali..
semakin sering Saya baca tulisan dalam blog yang ada maka semakin kuat keinginan Saya untuk belajar apa yang dimaksud dengan pikiran-pikiran Bapak. salut dan semoga sukses selalu untuk Bapak dan Keluarga. Salam MH
“Setiap orang yang lebih siap menghadapi perang ketrampilan dan perang pengetahuan akan menyumbang langsung pada pertahanan non-militer. Dalam perekonomian global, kemampuan “perang otak” dan “perang selisih keunggulan” akan menentukan kualitas pertahanan bangsa dalam arti luas.”
kira2 orang seperti saya bisa menyumbang apa, ya dalam kaitan dengan kutipan di atas….?
dari keseluruhan pertanyaan tersebut, bagaimana dengan pengetahuan prajurit terhadap hak asasi manusia pak…? sampai sejauh mana upaya Dephan dalam menerapkan pengetahuan tentang HAM tersebut. terima kasih.
Dear Bapak Menhan,
I personally live in your environment and feel that your advanced thoughts are really thoughtful. In my opinion, Balitbang Dephan, Pusdatin Dephan dan Litbang Angkatan do not really having clear coordination in terms of conducting particular research and some other related tasks for Defence purposes. For instance,when someone from Balitbang talks about their research, they really not knowing what is going on in the Litbang AD and vice versa. I think, this is not their ‘fault” of being “a single researcher” because the organization is not well established yet to link their interests. There seems to many overlapping.
There should be a centralized Litbang (which is Balitbang) and this will be the main supervisor for Litbang Angkatans. Therefore, Balitbang has direct access to Menhan and P5 TNI in terms of reporting hierarchy. And Balitbang provides “greenlights” for litbang angkatans to go ahead based on their assessment and Menhan and P5 TNI advise. To make this happens, a comprehensive and integrated information systems should be developed at initial phase. I have not seen this oneness exist yet, but the dichotomy of TNI sites and Dephan sites remains dominating the arena. Looking forward to witnessing the new beginning of integrated communication in Dephan/TNI.
I will be supporting you my best.
The very best of luck to you Pak Menteri.
selamat malam pak Juwono..saya seorang mahasiswa Hubungan Internasional,, saya cukup tertarik pak dengan masalah modernisasi alat-alat perang kita.
saya cukup prihatin melihat situasi alat-alat militer kita pak, yang sudah sangat sekali ketinggalan zaman. Bukan maksud saya untuk meragukan kualitas TNI kita, tetapi dengan alat-alat perang yang kita miliki saat ini, bagaimana mungkin kita bisa menangkis/mencegah ancaman-ancaman eksternal?
Katakan saja dari segi yang paling penting dalam negara maritim (Angkatan Laut dan Udara), saya merasa perlunya modernisasi kapal-kapal perang kita dan juga pesawat – pesawat tempur kita, modernisasi juga tidaklah cukup menurut saya pak, tetapi perlunya peningkatan jumlah dari kapal dan pesawat itu.
Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar, dan untuk meng-cover negara kita yang besar ini saya rasa dibutuhkan jumlah armada yang besar pula. Oleh karena itu pak saya berpendapat agar modernisasi dan peningkatan jumlah armada segera dilakukan.
Saya tahu mungkin kendala dari hal itu adalah dana yang begitu kecil di APBN kita, tetapi kita bisa melakukan modernisasi dan peningkatan jumlah armada ini secara bertahap, saya berharap tidak ada lagi pulau-pulau kita yang lepas, dan Integritas Bangsa kita bisa tetap terjaga pak..
Aminn..
Terima kasih pak Juwono,sukses selalu bapak.
Selamat siang Bapak!
Dephan adalah departemen yang diawaki oleh SDM militer dan sipil. Pembinaan SDM militer telah jelas arah dan aturannya. Bagaimana dengan SDM sipil, kapan kami dapat dibina dan diarahkan seperti mitra-mitra kami?
Selamat Pagi Bapak Menteri, kami dari Subpok Bahasa Prancis Pusdiklat Bhasa Badiklat Dephan telah membuat blog untuk komunitas kami, kami sangat berharap Bapak sdui untuk memberikan komentarnya, baik kritik maupun saran bagi kemajuan blog kami. Terima kasih atas perhatian Bapak, Terima kasih. Krisna Administrator http://www.subpokprancis.wordpress.com
Selamat malam Pak Juwono. Terinspirasi oleh blog Bapak, serta dalam rangka persiapan untuk pengembangan metodologi E-Learning di Badiklat Dephan, para guru/instruktur Badiklat saat ini sedang giat-giatnya membangun blog mereka masing-masing. Nampaknya mereka juga ingin memanfaatkan fasilitas ini untuk dapat berkomunikasi langsung dengan Bapak. Kiranya Bapak berkenan. Terima kasih Pak.
Selamat malam Bapak. Kami sangat senang sekali bisa berkomunikasi dengan Bapak langsung, semula kami merasa Bapak sangat “jauh” dengan kami. Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang terus berkembang saat ini memungkinkan kami untuk bisa “dekat” dengan Bapak. Kami adalah komunitas Sub Pok Bahasa Inggris di Pusdiklat Bahasa Badiklat Dephan. Saat ini kami sedang membangun sebuah blog untuk memanfaatkan teknologi informasi yang ada untuk menunjang pendidikan yang diselenggarakan di Pusdiklat Bahasa khususnya unutk Kursus Intensif Bahasa Inggris atau yang dikenal dengan KIBI. Karena dengan teknologi informasi pengajaran yang kami selenggarakan tidak terbatas dengan waktu. Untuk perkembangan dan kemajuan blog kami, sudilah kiranya Bapak memberi masukan ke blog kami di http://sekolahbahasainggris.wordpress.com
Kritik dan saran dari Bapak kami sangat harapkan.
Sekian silaturahmi kami. Atas nama komunitas Sub Pok Bahasa Inggris kami ucapkan terima kasih.
Sholikhin
Salam hormat..
Saya tertarik dengan judul artikel ini, “Modernizing The Indonesian Defense Force”. Memang tidak semudah mengucapkan, perlu konsep yang matang dan membutuhkan waktu yang lama. Menurut saya, faktor SDM lah yang sangat menentukan. SDM yang berkualitas perlu pendidikan, inilah yang sangat berperan. Sekarang bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam masalah pertahanan ini? Saya yakin orang Indonesia banyak yang lebih pandai dibandingkan orang asing. Hal ini terbukti dengan semakin banyak penghargaan yang didapatkan putra2 Indonesia di forum internasional dalam bidang sience dan teknologi. Dan banyak juga yang sekolah di negara lain dengan hasil yang sangat memuaskan, baik dalam pendidikan sipil maupun militer.
Selamat siang Pak,
Sistem pengembangan sumberdaya manusia di Indonesia selama ini, khususnya yang di lingkungan departemen/instansi pemerintah, menurut saya sudah tidak tepat lagi, karena masih memakai paradigma lama (yang muda pasti mentah / yang tua sudah matang). Akibatnya, yang diprioritaskan mengikuti pendidikan adalah mereka yang lebih dulu masuk dinas. Output pendidikan sdm dari pola perekrutan seperti ini tidak menjamin individu yang telah mendapat “ilmu” baru tersebut akan lebih bermanfaat bagi negara, yang penyebabnya mungkin alamiah yakni faktor keluarga sehingga sulit untuk berkonsentrasi atau efektif bertugas di kantor ataupun faktor manusiawi lainnya. Dalam sistem pendidikan militer dapat diterapkan dengan kacamata senioritas, namun pada sistem pendidikan sipil hasilnya belum tentu memadai.
Bila dikaitkan dengan tuntutan kualitas sdm dalam era globalisasi, sistem pendidikan seperti ini, bila tidak dikatakan kontraproduktif, tidak akan tepat sasaran, baik dalam konteks tugas demi negara maupun tugas sebagai staf Menhan.
Lebih lanjut, bila dikaitkan dengan status Dephan sebagai institusi sipil, bukankah seharusnya pengembangan sdm sipil disesuaikan tuntutan era globalisasi tersebut. Sebagai pimpinan sebuah departemen, tidak tepat bila bapak melakukan mikro manajemen, namun dalam kecenderungan lingkungan strategis yang menuntut analisa/prediksi yang mendekati kebenaran demi bahan bagi bapak mengambil keputusan, kiranya tidak salah bila di-cek staf-staf yang potensial maupun bermasalah.
selamat siang pak,
dialognya kok standar banget, terlalu normatif… bangsa ini gak akan bisa maju selama paradigma lama model dialog seperti diatas masih sering terdengar di negeri ini
kalau sudah ada rencana untuk Network Centric Warfare system, apa sudah ada rencana untuk Cyber Task Force juga pak ?, kemudian implementasinya kapan ?
kalau boleh menyampaikan usulan, untuk meningkatkan kemampuan SDM prajurit, menurut pandangan saya pribadi cara yang paling mudah adalah pemberian fasilitas perpustakaan internet di masing-masing kesatuan; relatif murah, meriah, terjangkau…:), kalau para prajurit semangat untuk belajar dari internet dengan sendirinya kemampuan para prajurit akan berkembang
mau kasih usul satu lagi pak :), mengenai alutsista yang mengenaskan ( bukan memprihatinkan lagi, hehe 🙂 ), kalau bisa jangan lagi disampaikan ke publik masalah peremajaan alutsista terhambat karena masalah keterbatasan dana, saya orang yang tidak pernah percaya kalau negeri ini tidak punya duit.
IMO; negeri ini tidak punya duit karena gagal dalam masalah manajemen keuangan dan pengelolaan SDA yang ada, bagaimana bocornya Lawe-Lawe cuma salah satu contoh aja dari sekian banyak kasus penyimpangan di negeri ini, dan yang paling akhir kasus illegal logging Kalbar, berapa potensi kerugian negara yang hilang ?, fantastis bukan nilainya.
bisa bapak bayangkan kalau dua contoh penyimpangan tadi, yang sebenarnya dapat dikelola dengan baik, dananya digunakan untuk pembangunan atau untuk peremajaan alutsista dapat memenuhi kebutuhan untuk apa saja ya pak ?:).
untuk kasus illegal logging di Kalbar kemarin; pernah juga disiarkan di salah satu tv swasta pengakuan operator para cukong di lapangan, bagaimana modus yang mereka gunakan dengan cara main mata dengan kapal penjaga perbatasan di laut dengan membayar uang sebesar 85 juta rupiah; menerima duit receh tapi meloloskan “emas”, hebat sekali :),
itulah salah satu alasan saya tidak pernah tidak pernah setuju kalau militer mengurusi masalah bisnis, termasuk didalamnya bisnis TNI kalau bisa dipercepat penyelesaiannya pak, IMO; oknum militer terlalu mudah dikibulin para cukong, gak ngerti bisnis & dagang, bisanya cuman jadi centeng. Tapi kalau soal pengetahuan soal militer tidak saya ragukan pak, hehe :).
———————————————————————————-
sebelumnya saya mohon maaf Pak, comment di bawah ini tidak ada hubungannya secara langsung dengan artikel diatas, namun karena tidak ada contact form, saya tulis disini saja ya pak 🙂
———————————————————————————-
sebenarnya saya masuk blog Bapak siang ini karena semalam nonton Metro Realitas yang membahas masalah privatisasi KS dan mendengar paparan Bapak di acara tersebut; ada beberapa hal yang menurut pandangan saya menarik untuk dipelajari apalagi Bapak juga merupakan seorang akademisi, saya berharap kalau Bapak ada waktu, berkenan untuk menuliskan masalah tersebut di blog ini. Yaitu masalah nasionalisme abad 20-21 dalam era globalisasi. Sekaligus sebagai pencerahan untuk bangsa ini, tantangan nyata dan kondisi perekonomian global ke depan akan seperti apa dipandang dari sudut pertahanan negara di era globalisasi.
Saya pribadi orang yang setuju dengan option IPO dalam hal privatisasi KS. Pastinya kita semua tahu; banyak orang menganggap bobroknya manajemen BUMN dimasa lalu dikarenakan mereka dijadikan sapi perahan oknum penguasa, oknum partai politik, praktek kotor dan ketidak-professionalan oknum BUMN itu sendiri, sudah merupakan kewajiban dan tugas pemerintah saat ini untuk membenahi BUMN-BUMN tersebut agar mereka professional dan praktek bobrok masa lalu tidak terulang kembali di masa depan. Dengan mereka menjadi professional pastinya kita semua mengharapkan mereka dapat bersaing di era globalisasi. Mungkin bisa diambil pelajaran dari Malaysia, Singapore, Cina atau Korea Selatan dalam menangani BUMN yang sudah terbukti; mereka berhasil dalam menangani BUMN-nya, dan bukan dengan cara diobral :).
last but not least,
IMO; Bapak salah satu menteri yang bisa diharapkan di kabinet sekarang, saya berharap Bapak selalu dalam keadaan sehat dan kuat sampai purna tugas, Amiiiin;karena tantangannya berat ya pak :), kalau untuk puncak pimpinan nasional saya sudah tidak berharap lagi pak, hehe :).
terima kasih, saya berharap artikel Bapak mengenai “Nasionalisme abad 20-21 dalam era globalisasi” segera muncul di blog ini.
Saya sangat terharu dengan ketajaman dan umumnya perhatian dari para komentator teks wawancara Bapak Menhan. Ternyata perhatian dan pengetahuan mereka sangatlah dalam tentang pertahanan. Sayangnya mereka, kecuali roisn (how are you sir!), hanya tahu tetapi tidak tidak menghayati. Memang seperti roisn bilang tidak ada sama sekali koordinasi adalah benar, tapi masih bisa dipertajam lagi.
Jangankan koordinasi Dephan dengan TNI atau angkatan, internal Dephan sendiri saja ngualor ngidul ndak karuan kerjanya. Tiap Ditjen dan Badan mengambil arah mata angin sendiri-sendiri dalam membangun pertahanan. Tentu Pak Menhan memang ingin menyatukan, tapi apa lacur jabaran program masing-masing Ditjen dan Badan mengabaikan upaya yang dilakukan Sang Menteri. Artinya Sang Menteri sudah menyampaikan kebijakannya, tetapi jabaran yang muncul atau manajemen yang muncul adalah “biasanya atau tahun lalu bagaimana?”, tanpa melihat apa hasil rapat koordinasi pimpinan tadi.
Barangkali benar sinyalemen tipisnya konsen pjbt pada Dephan, karena rata-rata mereka tidak lebih dari 2 tahun dan menjabat secara ujug-ujug. Coba Bapak check, berapa persen yang datang tiba-tiba dan berapa persen yang merangkak dari bawah untuk semua tingkatan eselon. Inilah masalah utamanya, tidak ada pejabat karir di Dephan, karena tidak mandirinya pembinaan SDM di Dephan. Semua bergantung instansi lain.
“Bagaimana dengan PNS nya?” seperti yang ditanyakan oleh Subpok ina. Jangan ke sana dululah. Jangan mendikotomikan militer dan sipil. Masalah utamanya bukan itu, tetapi adalah belum adanya kriteria kualifikasi personel pengawak organisasi, apa persyaratan pendidikan dan atau kursusnya, apa pengalaman tugas yang pernah dijabatnya, dan berapa lama ia dinas di Dephan. Kualifikasi dan persyaratan itu harus dijalankan secara impersonal, dalam arti tidak usah memandang ia militer atau ia sipil, sepanjang memenuhi kualifikasi dan persyaratan serta lolos uji kepantasan dan kepatutan dalam visi pertahanan, silahkan menjabat. Sekali lagi jangan didikotomikan militer dan sipil di Dephan dalam pembinaannya, yang penting adalah persyaratan dan kualifikasi dulu.
Yaah sementara ini dulu ya.
Bapak Menteri, Pasal 3 UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara tegas menyatakan “konstelasi geografi” sebagai konsideran pembangunan Sishanneg, tapi kok nggak ada jabarannya ya? Saya ada baca Blog Pertahanan Negara Kepulauan, apakah itu Dephan yang bikin? Saya pikir Blog itu bagus untuk curhat bagaimana Pasal tentang perlunya penjabaran Pasal 3 itu diimplementasikan.
Trims
pak mentri,
kita semua udah tahu bahwa di tubuh TNI sedang berlangsung reformasi yg berkelanjutan. Yang ingin saya tanyakan adalah sejauh mana reformsi tersebut berjalan? baik itu di bidang SDM, penguasaan teknologi,doktrin TNI,sistem pertahanan nasional,dukungan pendanaan,buku putih dan cetak biru baik jangka pendek, menengah maupun panjang dll. Selama ini koq rasanya semua buah pikiran Pak Mentri yang bagus bagus kelihatannya sulit mendapat dukungan dari tubuh TNI sendiri khususnya TNI AD. Kalo AL dan AU sudah memikirkan masalah teknologi terintegrasi untuk TNI kenapa di AD masih mempertahankan kemauannya sendiri dan terus mempercayai sishankamrata masih tetap sesuai dengan perkembangan jaman di abad ke 21 ini? setelah perang kemerdekaan bangsa Indonesia belum pernah menerapkan sishankamrata baik itu konfrontasi dgn malaysia, penegembalian Irian Barat, Timor Timur, Ambalat dsb bangsa Indonesia belum pernah menerapkan sistem ini kenapa TNI AD tetep ngotot bahwa sishankamrata yg paling sesuai buat Indonesia?
Yang kedua adalah saya ingin menyampaikan ide dalam hal pemetaan wilayah Indonesia guna kepentingan nasional baik ke amanan, peningkatan taraf hidup,sumber daya alam dsb. Sementara waktu masing masing angkatan telah jalan sendiri sendiri dalam hal melakukan pemetaan baik itu TNI AU,AD,AL dan bahkan BIN juga ikutan nimbrug dalam hal ini. Saya rasa selama ini banyak kendala yg di hadapi khususnya TNI AU dalam melakukan pemotretan udara karena terbatasnya pesawat, SDM, hardware dan software yg tidak murah. nah dari pada TNI AU melakukan pemotretan sendiri dgn menggunakan pesawat TNI AU saja bagaimana kalau semua perusahan penerbangan nasional yg melakukan penerbangan lokal(Indonesia) khususnya yg menggunakan pesawat sedang dan kecil dilengkapi dengan kamera dan atau video untuk pemotretan dan pengambilan data? hal ini akan mempermurah biaya operasi + mempercepat proses pemetaan. Nah ini sekedar ide saja, tentu saja jasa satelit sangat penting, tapi kalo ada sistem yg tepat guna dan murah kenapa tidak kita pakai?
Yang ketiga yang ingin saya tanyakan adalah kenapa pengambil alihan bisnis TNI belum juga di mulai? sedangkan di China pengambilalihan bisnis PLA oleh negara hanya membutuhkan waktu 6 bulan.
Akhir kata saya mohon juga pak mentri ato sapa saja anak buahnya utk sesekali nyambangin forum TNI AU dan ikut memberikan sedikit petuah yg bermanfaat guna membangkitkan semangat anak muda.
saya sendiri tidak punya blog, tapi saya banyak nulis di forum ini, bagi temen temen disini saya mohon juga kritikan dan saran atas tulisan saya di forum TNI AU khususnya dalam thread “WHERE OUR RI HEADING TO” linknya di bawah
http://www.tni-au.mil.id/forum/tm.asp?m=8744&mpage=11&key=
makasih pak mentri dan makasih juga temen temen komentator.
Kepada Bapak Menhan yang saya hormati dan saya kagumi.
Saya adalah salah seorang staf bapak tepatnya di Badiklat Dephan. Saya kagum dengan kepemimpinan bapak yang tegas dan lugas. Dengan kesibukan bapak yg begitu padat masih bisa menerima saran dan pesan melalui Blog yang bapak kelola. Sayapun tidak mau ketinggalan apabila bapak berkenan mengunjungi blog kami di http://www.endangharyanti.wordpress.com , ini salah satu untuk meningkatkan kualitas Anggota Dephan agar tidak ketinggalan dalam masalah IT, semoga SDM Dephan bisa lebih maju dan berkualitas.
Sukses dan sehat selalu buat Bapak.
Amin.
Indonesia cinta damai, dan syukur tidak ada musuh. kita harus mewaspadai 3 hal, seperti yang pernah terjadi pada Irak, pertama embargo ekonomi, kedua embargo suku cadang peralatan militer, dan ketiga semakin memburuknya politik luar negeri (Irak dengan negara multi nasional saat itu). mohon ada kerja sama antara Dephan dengan Deplu dan ada link/taut di situs dephan tentang perkembangan politik luar negeri RI dari waktu ke waktu secara umum dan singkat.
Yes. Education and education and education. It is the major failure of Indonesian development. It is the only key to brush-up the defence forces. Education, experience and knowledge will lead us to understanding and understanding will lead us to wisdom. Who is going to give the education? Do they have enough education before educate other people. Its a ring of fire question and answer. I think the best way to look at it is not to look at it… just move on. Do what you have to do. Never look back (but keep reading some history book)… to keep you grounded.
Selamat sore pak Menhan, pak menanyakan kapan Korpaskhas mendapatkan alutsista rudal/roket anti pesawat tempur(misal orlicon), panser- panser yang di gunakan untuk tupok, pertahanan pangkalan udara dan satuan- satuan radar terutama di pulau- pulau terluar yang strategis?karena untuk alutsista udara khususnya sangat kurang, apalagi udara adalah ruang tak terbatas yang langsung berhubungan dengan negara lain.
….Pak MenHan yang saya hormati…\
pagi ini, airmata kita sebagai anak bangsa mengalir lagi…
50 lebih putra putri terbaik bangsa kembali gugur sia-sia karena alat tempur yang tidak layak !!!!
sampai kapan….mau sampai kapan ,pak Juwono..?!!!!
apa sampai kita kehilangan semua yg terbaik yang kita punya..??
Retrofit mesin2 tua ada batas pak ! Ada yg namanya kelelahan Frame, kelelahan logam kerangka alustsista..itu tidak bisa di tolerir dengan retrofit ! HANYA BISA DI GANTI BARU .
Tolonglah…jangan pajak yg kami bayar dengan keringat dan airmata kami, rakyat…tidak bisa memberikan rasa aman bagi bangsa ini. TNI ADALAH PAGAR KAMI PAK, agar kami merasa aman di negeri ini…
jangan sia-siakan mereka dengan memotong , mengurangi anggaran, dan bahkan memberikan mereka barang bekas dan retrofit !
Terimakasih
Salam
Yth. Bpk. Juwono Sudarsono
Saya sebagai anak bangsa kahir-kahir ini merasa sangat prihatin dengan kondisi negara Republik Indonesia tercinta ini. Negara ini sama sekali tidak mempunyai wibawa baik di negeri sendiri apa lagi di mata negara lain. Teroris dengan mudah berulang kali meledakkan bom, Malaisyia puluhan kali melanggar batas perairan RI di ambalat, Pesawat-pesawat Tempur Australia sering melintas wilayah udara Indonesia bagian timur, Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri banyak yang mendapat perlakuan yang tidak mausiawi dan masih banyak kasus lagi yang semua membuktikan bahwa NKRI tidak dihargai oleh negara-negara asing.
Semua hal tersebut terjadi karena NKRI tidak memiliki alat pertahanan yang kuat atau tidak memiliki alat “penggentar” sehingga negara lain sangat meremehkan kita.
Anehnya Pemerintah kita (dalam hal ini Dephan yang bapak pimpin) sepertinya tidak tanggap dengan kondisi tersebut. Kecil sekali kemamuan pemerintah untuk memperkuat alat pertahanan negara tercinta ini.
Anggaran pertahanan yang sangat minim, pengadaan alutsista yang lamban dan berbelit-belit, betul-betul sangat memprihatinkan. Terakhir pengunduran pengadaan kapal selam sampai tahun 2011 membuktikan bahwa pemerintah tidak serius mengurus negara Republik Indonesia ini.
Bapak Juwono yang saya hormati, mohon dengan sangat agar bapak sebagai Menteri Pertahanan betul-betul berjuang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan semaksimal mungkin. Naikan anggaran pertahanan, perkuat intelejen, beli alutsista baru yang canggih. Sehingga NKRI tidak lagi diremehkan oleh negara-negara asing dan teroris enggan beroperasi di negara kita.
Saya selaku warga negara Indonesia yang taat membayar pajak sangat berharap agar pajak yang saya bayarkan dapat dipakai untuk memperkuat alat pertahanan negara RI sehingga NKRI menjadi negara yang disegani dan dihormati.
Dear Prof Juwono,
Apa yang salah dengan negara-bangsa kita, sehingga sejak 1945 hingga kini, bagian terbesar masyarakatnya masih belum dapat hidup secara layak dan bermartabat, termasuk belum disantuni secara keadilan sosial dan hukum?
Namun, kita memang sebuah negeri, yang sering Bapak sebut sebagai, ‘mukjizat’, masih bisa tetap tersambungkan dalam arus besar kebersamaan. Tantangan terbesarnya adalah: apakah kebersamaan itu bakal berlanjut pada masa depan (defense of values), di tengah munculnya rasa ketidakpercayaan kepada penyelenggara republik ini? Salam, IS